Jumat, 28 November 2008

Si Penunggu Air Manggarai

Yudi Sulaiman ( 206. 612. 031 )

Si Penunggu Air Manggarai

Parjono, 50 tahun, ialah salah satu sosok Pegawai Negeri Sipil disingkat PNS yang telah bekerja kurang lebih 30 tahun di Departemen Pekerjaan Umum DKI khususnya pemantau pintu air. Sekarang ia sibuk memantau pintu air manggarai di jalan tambak 59 Jakarta Pusat.
Ketika ditemui, Parjono sedang berdiri di samping sungai yang airnya bewarna coklat keruh disertai sampah yang tergenang pada palang air satunya. Sosoknya yang besar, mengenakan baju dinas dengan dilapisi jaket hitam, dengan kantung mata yang hitam,pria berkulit sawo matang ini memiliki air muka yang terdapat guratan-guratan termakan zaman. Ia bekerja di sini kurang lebih 2 tahun.
DPU Pintu Air Manggarai dibuat pada tahun 1914-1919. saluran air selesai pada tahun 1922. di
Prasarana yang perlu pengendalian, yaitu:
1. pintu air manggarai
2. pintu air istiqlal
3. pintu air jembatan merah
4. pintu air Tarki
5. pintu air pasar ikan
Di seberang sungai yang keruh dan banyak sampah terlihat banyak sekali bendera partai politik berwarna kuning menghiasi pagar sungai.
“Setiap jam melapor ke Dinas PU dan Depatemen PU” tutur Parjono.
Matanya mengawasi para pengangkut kayu yang sengaja datang dengan mobil Daihatsu hitam bak terbuka, untuk memindahkan kayu-kayu yang sudah diangkat dari genangan air. “Orang kayunya aja datang dari bogor masa mau dijual lagi kesono”gurau seorang pengangkat kayu yang mengenakan kaos hitam kumal.
Jika dilihat ke pintu sungai, berupa palang besi, terdapat dua buah pintu yang masing-masing terdapat bandul diatasnya. Bukaan hanya 1 pintu yaitu pintu 2, pintu yang satunya rapat sehingga sampah berhenti pada pintu 1. Aliran air mengalir dari banjir kanal menuju ke laut.
“Air datang dari Bogor 11 jam, ada waktu sekitar 6 jam dari pos Depok untuk membuka tutup pintu air.”jelasnya.
“Batas normal atau standar untuk debit air 750 cm untuk pintu Manggarai. Kalau sudah diatas 750 cm udah masuk siaga 3, harus waspada kalau ketinggian air di atas 850 cm masuk siaga 2, seperti kejadian pada februari 2007 air menguap, pada saat itu bisa dikatakan tenggelam.”tutur Parjono memberi penjelasan. Siklus banjir turunan terjadi 1 tahun 1 kali.
Sampah-sampah yang mengapung diangkut berdasrkan volumenya. Biasanya pengangkutan dilakukakn pada malam hari untuk di buang ke lokasi pembuangan sampah di Bekasi pada jam 3 pagi.
“Di sini kia mengguanakan beko atau nama lazimnya eskavator untuk mengangkat sampah karena lebih maksimal, selain menggunakan krenel (alat untuk mengangkat sampah berupa garpu penjepit berbentuk lingkaran yang mempunyai landasan di samping kanan-kiri sungai) alat ini ada dari tahun 97 tapi kurang efektif karena sampah-sampah yang ada tidak semuanya halus, banyak kau-kayu dan dikelola oleh pihak pengelola sampah swasta.”jelasnya.
“Alat penyaring sampah tidak efektif, sering terjadi banjir karena kondisi Jakarta di bawah permukaan air laut.”tambahnya.
Daerah yang rawan banjir antara lain, Bukit Duri, Kalibata, daerah genangan, daerah Bogor, Kali Krukut, Bendung katulapas.
Kali ciliwung ini memiliki kedalaman 3,5 meter, lokasi 3,5 meter dari permukaan laut. Volume air normal untuk Depok 200cm, katulampa 80cm, manggarai 750cm. Daerah yang memiliki potensi tenggelam antara lain, Rajawali, Kalibata, Pegandengan, Kebon Baru, Kampung melayu, Bukit duri dan Kramat Jati.
Lalu Parjono mempersilahkan kami menuju kantor tempat ia bekerja untuk melihat kondisi di dalamnya. Beliau memperkenalkan dua orang anak buahnya yang tergolong baru dalam masa bekerjanya.
Kerk..kerk..kawat 12..ganti..kerrk..suara HT yang setia menemani petugas di dalam kantor dalam memantau air di setiap lokasi. Terlihat beberapa kertas yang tertempel di dinding, diatas meja yang berisi dua buah HT. kertas tersebut berisikan kalimat-kalimat sandi yang harus di hafal oleh para petugas.
“kita disini ada lima orang, tiap hari kita bagi dua shift”tutur Parjono.
Di kantornya sendiri terdiri atas dua lantai,”lantai pertama untuk memantau kondisi pintu air di luar, lantai dua untuk melihat batas air pintu manggarai” jelasnya.”liat tuh dua orang itu,” sembari menunjuk dua orang bawahannya yang sedang duduk disamping kantor,”mereka juga baru kerja disini, lulusan S1, sekarang buat jadi PNS aja susah, makanya mereka pada lari kesini, biar nantinya gampang.” Tambahnya dengan nada penuh senyum. Senyum petugas yang setiap harinya harus rela begadang menunggu pintu air Manggarai untuk kemudian melaporkannya kembali ke beberapa pos di Jakarta dan sekitarnya.

Banjir Terus Landa Perumahan Jatimulya Jaya

Banjir merupakan fenomena yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, khusunya Jabodetabek. Dapat dilihat hampir setiap hujan deras datang, banjir pun mulai menggenangi setiap kawasan yang merupakan langganan banjir. Banjir yang dahulunya merupakan siklus tahunan kini berubah menjadi siklus bulanan. Bila musim hujan datang, warga pun berantisipasi menghadapi banjir.
Banyak faktor mengapa banjir dapat terjadi antara lain, tidak adanya lahan untuk penyerapan air atau kawasan hijau, sungai yang kotor akibat sampah, serta pemanasan global yang terjadi saat ini. Pemanasan global merupakan peningkatan suhu udara secara mengglobal. Gas-gas kimia yang terkandung dalam polusi dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Zat-zat yang terkandung dalam polusi di antaranya HC, CO, Nox, dan TSP (debu). Zat-zat kimia dalam polusi itulah yang menyebabkan adanya pemanasan atau kenaikan suhu dan cuaca yang tidak teratur siklusnya. Seperti halnya siklus hujan yang tidak teratur dan dapat menigkat yang mengakibatkan banjir.
Bekasi merupakan salah satu daerah yang sering mengalami banjir. Kawasan perumahan di bantaran Kali Bekasi kerap tergenang banjir apabila Kali Bekasi itu yang berhulu dari dua sungai di Kabupaten Bogor yakni Kali Cikeas dan Kali Cileungsi meluap. Salah satu kawasan langganan banjir di Bekasi adalah Perumahan Jatimulya Jaya, Bekasi Timur. Perumahan ini merupakan salah satu perumahan yang bila hujan deras datang, dipastikan banjir pun menggenang kawasan itu. Ketinggian air dapat mencapai satu lutut orang dewasa. Menurut Fauzi, Banjir mulai terasa parah ketika empang dan rawa wilayah itu mulai dibangun perumahan-perumahan baru. “Ini baru terasa sejak lima tahun lalu tapi sekarang sudah lebih parah”, kata pria yang berdomisili di Blok C No 251. Kondisi ini diperparah dengan kecilnya saluran pembuangan yang berada di bawah tol Bekasi Timur. Padahal menurutnya, semua air yang berasal dari Perumahan Narogong, Pengasinan, dan beberapa perumahan lain semua masuk kesana. Fauzi menjelaskan, kondisi terparah berada di Blok A perumahan itu. Pasalnya, “Disana semua air lewat,” tutur pria berkulit sawo matang itu.
Perumahan yang berada di dekat pintu Tol Bekasi Timur itu memang sering mengalami kebanjiran akibat hujan deras yang turun. Jalan Nusantara, Blok A, Perumahan Jatimulya Jaya merupakan salah satu yang terparah mengalami banjir. Jika di Blok lain mencapai satu lutut orang dewasa, disana bisa mencapai satu dada orang dewasa. Bahkan banjir juga menggenangi Jalan Raya Jatimulya yang merupakan jalan utama menuju pintu Tol Bekasi timur. Banjir yang menggenangi jalan raya itu dapat mencapai satu lutut orang dewasa. Akibatnya dapat melumpuhkan transportasi bahkan aktivitas warga disana. Mobil, motor, atau bahkan angkot K-19 jurusan Mutiara Gading, Jatimulya ke Terminal Bekasi Timur pun dapat terhambat.
Buruknya saluran air dan drainase menyebabkan air dan sungai meluber menjadi banjir dan menggenagi beberapa kawasan maupun jalan. Saluran air di Jalan Nusantara, Jatimulya, Kecamatan tambun, misalnya, sangat sempit dan dangkal sehingga tidak dapat menampung air. Saluran yang merupakan sambungan dari Perumahan Pondok Hijau Permai, Perumahan Rawalumbu itu juga penuh sampah. Hal itu merupkan perbuatan warga sekitar yang tidak bertanggung jawab dan tidak peduli akan lingkungannya. Warga RW 15, Perumahan Jatimulya Jaya mengambil suatu solusi dengan cara patungan untuk membeli jaring-jaring guna menahan dan menyaring sampah. “Saluran disinikan menyempit akibat banyaknya bangunan yang berdiri diatas saluran, seperti wartel, warung akibatnya mengurangi lebar saluran yang ada,”papar Fika warga RW 15 Jatimulya. Selain di Jalan Nusantara, saluran air yang merupakan buangan dari Perumahan Puri Hutama, di Jalan Rambutan, Perumahan Jatimulya juga meluber dan menggenangi jalan dan masuk ke dalam rumah warga. Menurut warga setempat, jika hujan deras, air bisa menggenang hingga tiga hari.
Selain buruknya saluran air (drainase), tidak adanya daerah atau kawasan hijau merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir di sekitar Perumahan Jatimulya Jaya. Kawasan hijau berfungsi untuk menyerap air bila hujan turun. Saat ini kawasan hijau sudah sangat minim dikarenakan banyakanya perumahan-perumahan baru bermunculan. Kawasan yang seharusnya digunakan sebagai penyerapan malah digunakan untuk pemukiman. Banyak Pengembang atau developer tidak patuh dalam membangun fasilitas sosial (fasos) dan fasilitas umum (fasum). Bahkan dalam membangun sebuah perumahan, pengembang atau developer lebih mementingkan keuntungan yang didapat tetapi tidak mementingkan dimana ia membangun suatu perumahan tersebut atau membangunnya diatas kawasan hijau yang menjadi tempat penyerapan air. Selain itu pengembang lebih mementingkan taman atau rumah yang estetis ketimbang membangun saluran pembuangan air yang terencana dan terpadu sehingga perumahan yang dibangun pengembang itu akibatnya terkena dampak banjir juga.
Di samping itu, mudahnya izin yang diberikan Dinas Tata Kota Bekasi dalam mendirikan suatu perumahan bagi pengembang. Tata ruang yang seharusnya tertata baik menjadi tidak beres dan berantakan dan dijadikan suatu usaha mencari keuntungan semata dari pengembang atau developer. Hal ini juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya banjir. Banjir di Bekasi tidak hanya menggenangi kawasan perumahan menengah ke bawah, seperti Perumahan Jatimulya Jaya tetapi juga melanda kawasan perumahan elit, seperti Kemang Pratama Bekasi. Infrastruktur yang buruklah awal dari semua itu. Banyak hal yang perlu dibenahi dan dilakukan untuk mengatasi banjir yang semakin tahun semakin parah. Perlu adanya penanganan dari pemerintah dan masyarakat setempat dalam mengatasi banjir.
Menciptakan dan memperbaiki infrastruktur yang ada. Termasuk sistem drainase dan lingkungan yang baik. Sistem drainase yang ada diperbaiki dan dijaga agar air yang tertampung dan mengalir didalamnya terjaga sesuai dengan kapasitasnya. Pemerintah setempat juga harus sigap dalam melakukan hal itu. Jangan hanya memikirkan keuntungan semata. Selain itu meminimalisir pembangunan perumahan-perumahan baru tanpa sistem drainase yang terencana dan terpadu. Karena drainase merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dari perencanaan pembanguanan perumahan. Selain itu pembangunan perumahan-perumahan baru juga dapat mengurangi lahan yang menjadi kawasan hijau atau daerah resapan air. Di sekitar Perumahan Jatimulya Jaya banyak terdapat perumahan-perumahan baru, seperti Jatimulya Regency, Mutiara Gading Timur, dan Kampung Milano. Untuk itu, perlu adanya turun tangan pemerintah daerah untuk membatasi pengembang dalam membangun perumahan-perumahan baru.
Menjaga kebersihan lingkungan merupakan hal terpenting juga yang harus dilakukan dan diterapkan oleh warga setempat, Seperti halnya, tidak membuang sampah yang tidak pada tempatnya. Membuang sampah ke sungai dapat menyebabkan banjir. Untuk itu, terapkan pola hidup bersih dan sayangilah lingkungan sekitar kita.

Nama : Dieta Kusumanigtyas
NRP : 206.612.127

DAMPAK KALI CILIWUNG TERHADAP LINGKUNGAN

Ditengah-tengah kota yang padat penuh dengan asap-asap dan debu kendaraan terlihat kali yang cukup besar dengan luas lokasi 3,5 meter dan kedalaman 3,5 meter diatas permukaan laut. pada saat itu keadaan air cukup tenang tetapi dipinggiran kali yang biasa disebut dengan kali ciliwung itu terdapat tumpukan sampah dengan bau-bau yang cukup menyengat.
Hal ini disebabkan oleh orang-orang yang tidak memiliki hati terhadap lingkungan,padahal perbuatan yang mereka lakukan dapat mengakibatkan dampak-dampak yang cukup besar yang nantinya dapat merugikan diri mereka sendiri.disekitar wilayah kali ciliwung tersebut juga terlihat ratusan rumah yang sangat padat sekali yang dihuni oleh puluhan kepala keluarga,merekalah orang-orang yang tidak memiliki tata krama terhadap lingkungan.Pernah diperkirakan pada bulan februari 2007 air pada kali tersebut akan meluap dan bisa dikatakan Jakarta akan tergeram.Itulah penuturan yang diberikan oleh bapak Parjono selaku ketua yang menjaga kawasan pintu air kali Ciliwung tersebut,luas lokasi pada kali Ciliwung ini 3,5 meter dengan kedalaman 3,5 meter diatas permukaan laut.Bila sampah-sampah yang ada dipinggiran kali tersebut tidak secepatnya ditarik keatas maka air akan semakin meluap,karena ditambah dengan air kiriman dari kali-kali yang berada dikawasan bogor Jawa Barat,salah satunya adalah kali Krukut,Bendung,dan Katu Lapas.Salah satu faktor penyebab terjadinya banjir dijakarta adalah karena kawasan Jakarta ini berada dibawah permukaan laut.Setelah sampah-sampah yang berada dikali Ciliwung ini diangkat,barulah pintu airnya dibuka.Air yang dating dari Bogor berkisar selama 11 jam untuk sampai kekali Ciliwung ini.
Mungkin bila masyarakat yang berada dikawasan tersebut sayang terhadap lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan khususnya dikali Ciliwung tersebut maka musibah banjir tidak akan terjadi. Diprediksikan bila ketinggian air sudah melebihi 750 cm itu merupakan siaga 3 lalu bila ketinggian air 850 cm itu barulah siaga 2. Para penjaga pintu air kali Ciliwung ini bekerja sangat optimal,mereka bekerja selama 24 jam yang dibagi kedalam 3 shift dan sekali bekerja terdapat 2 orang. Hal ini bisa dibilang cukup meningkat,padahal dulunya para penjaga pintu air kali Ciliwung ini bekerja 1 hari 5 orang. Pada tahun 1997 para petugas pintu air dikali Ciliwung ini mengangkut sampah dari kali keatas dengan menggunakan alat yang disebut Krenela,tetapi ternyata alat tersebut tidak bekerja secara efektif,karena dia hanya bisa mengangkut sampah-sampah yang berbentuk halus saja. Tetapi saat ini dipintu air kali Ciliwung telah disediakan alat yang disebut Exsapator,alat ini cukup banyak membantu para petugas. Makanya para petugas tidak terlalu membuang tenaga yang sangat banyak untuk mengangkut sampah dari kali keatas dan juga dapat bekerja secara maksimal.
Dengan adanya alat Exsapator pak Parjono selaku kepala bagian dipintu air kali Ciliwung tersebut dengan mudahnya memantau kinerja anak buahnya dari kantornya saja,tanpa turun kelapangan. Pak Parjono sudah bekerja dipintu air kali Ciliwung ini kurang lebih 2 tahun. Sampah-sampah yang mengapung pada kali Ciliwung tersebut diangkut berdasarkan jumlah volumenya,biasanya pengangkutan sampah-sampah itu dilakukan pada malam hari kira-kira sekitar pukul 3 pagi,yang diangkut oleh truk sampah menuju tempat pembuangan sampah dikawasan Bekasi Jawa Barat. Setiap jamnya pak Parjono
melaporkan keadaan kali Ciliwung ini kedinas PU dari departemen PU. Itulah situasi kali Ciliwung yang berada dikawasan Jakarta Selatan yang cukup memberikan dampak besar terhadap musibah banjir bagi masyarakat yang berada dikawasan sekitarnya.

ADITYA SEPTIAN (206.612.028)

KETIKA MENDUNG EMOSIKU STABIL

Dari kejauhan terlihat begitu jelas warna – warni yang menghiasai tempat itu ia terlihat begitu tenang ( kali Cilliwung ) benda – benda itu kebanyakan berwarna putih hingga terlihat dari sudut manapun kita melihatnya ( sampah yang mengapung di kali ),entah memang ini tempat yang pas untuk mereka tempati apa memang sudah tidak ada tempat untuk menampung mereka lagi atau mungkin karena unsur kesengajaan mahluk yang di anggap paling sempurna di bumi ini ( Manusia )
Andai ia bisa bicara ( kali cilliwung ) ia pasti ingin menjerit karena di perlakukan seperti itu ( tidak terawat dan sampah yang menjamur ) ia juga ingin tenang ,bersih dan tidak terusik, namun nampaknya semua itu begitu sulit karena tetangga dekatnya selalu melempar bekas makanan ke tempat ini ( kali ) ,ia hanya bisa diam dan memendam semua amarahnya ( debit air rendah ).
Di sekitar pintu air manggarai terlihat tembok tua yang di bangun pada zaman Belanda, batu – batu yang menempel pada bangunan itu masih terlihat begitu kokoh meski ada beberapa bagian yang sudah bolong karena lapuk termakan usia, meskipun demikian bangunan ini tidak kehilangan ciri khasnya yang menunjukkan bahwa ini merupakan bangunan zaman dahulu kerana batu – batu yang menempel dan jari – jari yang di tarik dari atas hingga ke dasar pingir sungai masih terlihat begitu gagah dan begitu perkasa untuk melindungi hal – hal yang tidak di inginkan ( agar tidak terjadi longsor ).
Hari ini ( 26 Nopember 08 ) langit begitu mendung, khususnya daerah manggarai tepatnya di pintu air manggarai di iringi rintik hujan terlihat dari kejauhan ( kurang lebih 1 meter ) di luar pagar lima pria itu sibuk merapikan kayu – kayu yang sudah di potong dan memasukkannya ke dalam mobil bak, satu di antara mereka hanya berdiri dan melihat teman – tremannya yang sedang bekerja sesekali ia tersenyum dan hanya mulutnya saja yang terlihat komat – kamit ( membicarakan sesuatu ), laki – laki itu terlihat sudah tua ( rambutnya ubanan ) dan memakai jaket hitam namun tetap gagah dengan dadanya yang lapang ( gemuk ) parjono namanya ia adalah salah – satu pegawai yang bertugas di pintu air manggarai sedangkan empat orang lainnya yang sedang merapikan kayu – kayu itu adalah mereka yang membeli kayu – kayu yang di bawa oleh air kali cilliwung dari hulu pada saat emosinya tinggi ( tekanan tinngi mengakibatkan banjir 14/15Nopember 08 ), ketika petugas itu ( pak parjono ) melihat kedatangan beberapa anak mudah ( Mahasiswa ) ia langsung tersenyum walau di benaknya menyimpan beberapa pertanyaan ( bingung ), mungkin karena baru kali ini ia melihat dan bertatap muka.
Pak marjono begitu antusias menjelaskan kondisi pintu air manggarai, ia begitu rama ( selalu tersenyum kadang di selingi canda ), saat ini Debit air rendah ( parjono ) di bawa 700 cm, aliran air mengalir dari banjar kanal - ke laut, banjir sering terjadi di Jakarta bahkan mungkin hampir setiap musim hujan selalu terjadi karena Jakarta terletak 3,5 meter di atas permukaan Laut, dan air datang dari Bogor.
Tepat di samping kali terdapat POS Pemantau yang berfungsi untuk mengontrol tinggi rendahnya tekanan air,karena setiap satu jam sekali hal ini harus selalu di laporkan ke PU dan Dinas PU, jumlah pegawai yang bertugas di sini ada lima orang termasuk pak parjono, dengan jasa lima orang ini keadaan air harus di control selama 24 jam jadi mereka di bagi dalam tiga ship,1,2,2 .
Air datang dari Bogor memakan waktu 11 jam, dari Pos Pemantau Depok memakan waktu 6 jam,dengan waktu 11 dan 6 jam inilah petugas pintu air yang ada di manggarai punya waktu untuk mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi.
Standar normal air untuk pintu air manggarai yaitu 750 cm, untuk daerah Depok 200 cm, dan Katulapa 80 cm, Daerah-daerah yang berpotensi tergenang yaiu daerah Rajawati, kalibata, pangedengan, kebon baru, kampong melayu, an bukit duri, sedangkan prasarana yang perlu pengendalian yaitu Pintu air manggarai, pintu air Istiqlal, Jeb merah, pintu air tanki, pasar ikan, dan pompa pluit .
JIka ketinngian air lebih dari 750 cm, kondisi seperti ini sudah termasuk siaga 3, dan petugas sendiri sudah siap siaga, sedangkan ketinggian air sudah di atas 850 cm sudah termasuk siaga 1,dan petugas harus lebih hati-hati.
Sirklus banjir tahunan terjadi setiap 5 tahun sekali, pada februari 2007 air menguap dan pada saat itu jakartra bisa di katakan tergenang ,di samping hujan turun begitu lebat dan lautpun dalam keadaan pasang, tidak hanya itu saja kondisi lingkungan juga sangat tidak terawat entah kapan sungai ini terlihat jernih mungkin pada zaman Belanda kata pak parjono sambil ketawa,kondisi air yang kotor ( berwarna cokelat ) bahkan terkadang terlihat hitam pekat kata pak parjono sungguh memprihainkan, sampah-sampah bertumpuk di pintu air yang di tutup seperi jamur,karena sat ini pintu air manggarai dalam keadaan bukaan dua.
hal seperti ini menjadi tugas Exsapator untuk mengangkatnya keatas setelah terkumpul banyak berdasarkan volume atau muatan truk baru sampah-sampah ini di bawa ke Bekasi biasanya di lakukan pada malam hari lebih sering jam 3.00 pagi, dulu exsapator ini di datangkan jika di perlukan saja tapi sekarang exapator ini khusus di tempatkan di pintu air manggarai karena jika menggunakan exapator kerjanya lebih efektip di bandingkan dengan alat yang lain seperti krenela, krenela sendiri sudah ada sejak tahun 2007, karena sampah-sampah yang di bawa oleh air ini tidak semuanya halus terkadang kayu dan lain-lain maka krenela ini tidak dapat bekerja secara efektif, dan pengelolaan sampah ini bersifat swasta,





Nama : Zelvi okta fitriani
Nrp : 206.612.024

Banjir Meresahkan Warga LAGI !

Bulan Oktober sampai November adalah bulan langganan datangnya banjir bagi kota Jakarta. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi pada bulan – bulan tersebut. Banjir yang sudah biasa terjadi secara rutin tiap tahun, belum bisa dihindarkan, bahkan bagi sebagian para ahli tiap tahun banjir yang terjadi di kota Jakarta semakin parah. Yang lebih parah terjadi pada bulan February tahun 2007. Air menguap yang menyebabkan kota Jakarta terendam mencapai 8 meter. “Pada bulan February tahun 2007 air menguap mencapai ketinggian lebih dari 750 cm, dapat dikatakan Jakarta tenggelam”, kata Parjono salah satu petugas pintu air Manggarai.

Persiapan “menyambut” datangnya banjir pada bulan ini harus dipersiapkan secara bersama – sama., baik dari pihak pemerintah maupun dari pihak masyarakat. Pemerintah sebaiknya lebih selektif dalam permasalahan tata letak kota di Jakarta. Sebab akhir – akhir ini penyebab banjir yang paling fatal adalah tata letak kota yang tidak baik. Bangunan – bangunan serta perumahan penduduk yang didirikan tidak berdasarkan syarat tata letak kota yang baik. Ini menyebabkan air yang mengalir tidak berjalan sebagaimana mestinya akibat penataan yang kurang baik. Pemerintah juga harus berani mengambil sikap yang tegas kepada orang – orang yang dengan sengaja membuang sampah di kali. Jika hal ini dibiarkan terjadi, maka air tidak akan mengalir dengan baik karena tersendat oleh tumpukan sampah. Tumpukan sampah juga akan membuat air kali menjadi kotor dan dapat meyebarkan wabah penyakit seperti muntaber, demam berdarah yang diakibatkan oleh aliran air yang tergenang.

Sebagai contoh, banjir terjadi di sepanjang Jalan Gandul Raya kelurahan Limo kecamatan Depok Jakarta Selatan. Di sepanjang jalan ini, terdapat kali yang aliran airnya langsung terhubung dari kota Bogor. Sebagaimana kita ketahui kota Bogor terkenal dengan curah hujannya yang sangat tinggi sehigga jumlah air yang banyak itu “dikirim” ke daerah Gandul Raya yang mengakibatkan banjir. Itu adalah salah satu penyebab terjadinya banjir di sepanjang jalan Raya Gandul. “Banjir di sini sering terjadi karena kiriman air dari Bogor yang sangat banyak”, kata sealah seorang warga yang tinggal di daerah Gandul Raya. Penyebab lainnya adalah volume sampah yang sangat banyak. Akibatnya air tidak mengalir sebagaimana mestinya karena disebabkan karena tersendatnya aliran air oleh tumpukan sampah. Sampah ini berasal dari sampah rumah tangga yang dengan sengaja dibuang ke kali. Misalnya seperti perumahan – perumahan setempat yang kotorannya sengaja di buang ke kali. Ada juga pedagang – pedagang kaki lima di sepanjang pinggiran kali yang membuang sampah ke kali. Banjir diperparah karena lebar kali yang dipersempit karena adanya perluasan jalan di sepanjang jalan Raya Gandul. Pelebaran jalan ini baru dijalankan sejak tahun 2000 disertai dengan peninggian jalan agar setara dengan tinggi kali. Sebab sebelumnya tinggi jalan lebih rendah dibanding dengan tinggi kali. Tetapi pada saat itu tidak pernah terjadi banjir sebab lebar kali yang belum dipersempit. Sementara itu, di sepanjang kali tidak ada daerah resapan yang dapat mengurangi volume air.

Akibat banjir di daerah tersebut, warga setempat terganggu dalam menjalankan aktifitas seperti untuk pergi ke kantor harus melewati jalan alternatif lain yang jaraknya cukup jauh, terlebih lagi dengan bau yang ditimbulkan oleh air dan sampah. Jalan di sekitar kali juga rusak yang mengakibatkan jalanan macet, khususnya pada pagi hari saat orang – orang sekitar hendak untuk melakukan aktifitas seperti pergi ke kantor, ke sekolah dan lain sebagainya. Juga pada malam hari saat orang – orang pulang dari aktifitasnya. Pada saat banjir terjadi di daerah tersebut, pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar kali, tidak berjualan untuk sementara sampai air reda. Angkutan umum yang melintas di daerah tersebut juga harus menggunakan jalan lain yang jaraknya cukup jauh untuk menghindari banjir. Terdapat kampus imigrasi di daerah tersebut, kampus imigrasi ini juga mendapat imbas dari banjir antara lain hampir sebagian dari kampus tersebut tergenang air. Baunya juga sangat menyengat sampai kedalam kampus. Perumahan – perumahan dan ruko – ruko disepanjang jalan Raya Gandul juga terganggu akibat bau yang ditimbulkan dari kali tersebut.

Upaya yang sudah dilakukan oleh warga sekitar untuk memperkecil kemungkinan banjir antara lain adalah mengangkat sampah yang menyumbat aliran air. Karena jumlah sampah yang sangat banyak, warga harus membersihkannya setiap hari. Upaya lainnya adalah memasang papan pengumuman yang berisi tentang larangan untuk membuang sampah ke kali. Tapi upaya yang satu ini kurang maksimal, sebab masih ada saja orang yang dengan sengaja membuang sampah ke kali bahkan di bawah tiang papan tersebut masih terdapat banyak sampah yang berserakan. Warga setempat juga bergotong – royong untuk mengeruk kali agar kedalamannya lebih dalam. Walaupun pada bulan ini curah hujan di daerah Gandul Raya tidak terlalu tinggi, tetapi “kiriman” air dari Bogor sangat banyak. Hal ini mengakibatkan meluapnya air di sepanjang Jalan Raya Gandul.

Banjir paling parah yang pernah terjadi di daerah tersebut tingginya hanya sebetis orang dewasa tetapi hal ini mengakibatkan warga harus membereskan peralatan dirumahnya agar tidak terkena banjir. “Banjir paling parah sempat terjadi pada tahun 2002, ketinggian air mencapai betis orang dewasa”, kata salah seorang warga di daerah Gandul Raya. Pada malam hari warga susah tidur karena bau airnya yang sangat menyengat. Tetapi warga setempat tidak ada yang mengungsi ke tempat lain karena memang tidak ada tempat yang disediakan oleh pemerintah untuk menampung warga saat banjir datang.

Warga sekitar memilih untuk menetap karena sebagian besar dari warga tersebut adalah pendatang dari luar daerah yang tidak memiliki tempat tinggal selain di daerah tersebut. Warga berharap kesadaran dari warga sekitar untuk tidak membuang sampah ke kali dan selalu menjaga lingkungan. Pemerintah kota Depok juga dinilai kurang tegas dalam menanggulangi masalah ini, belum ada tindakan dari pemerintah yang dapat mengurangi banjir di daerah tersebut. Warga berencana untuk melaporkan keluhan ini ke pemerintah kota Depok agar dapat ditemukan jalan keluar dari permasalah banjir yang selalu terjadi secara rutin tiap tahun ini.

Penulis : Muh.Tofan Permana
NRP : 206 612 091

BANJIR TAHUNAN

Sore itu, di daerah Pondok Labu tepatnya di Jalan H. Ipin, hari Kamis, (27/11) pukul 15.00 cuaca terlihat mendung dan jalan tampak sepi. Daerah yang sering terjadi banjir setiap tahunnya itu, terlihat sepi dari kendaraan yang sering melewati jalan tersebut. Warga sekitar daerah tersebut juga terlihat sepi.
Di jalan tersebut, banyak rumah warga yang sering terendam banjir jika musim hujan datang. Biasanya musim hujan yang dapat menimbulkan banjir di jalan tersebut sekitar Bulan Agustus sampai Desember. Rumah-rumah warga itu, sering terendam banjir karena di Jalan tersebut terdapat jembatan yang dibawahnya ada kali yang cukup deras aliran airnya. Saat itu, aliran air kali sedang tidak deras atau terlihat tenang. Kali tersebut disebut kali Grogol.
Kali Grogol ini, kira-kira berkedalaman 3 meter dan lebar 5 meter. Tetapi, karena sudah sering terjadi banjir, lebar kali tersebut kini menjadi sekitar 4 meter karena terkikis oleh lumpur. Lumpur-lumpur yang terbawa arus air jika hujan deras datang. Tidak heran jika banjir sering terjadi di jalan tersebut, karena lebar Kali sudah berkurang akibat kikisan lumpur. Kali Grogol itu, akan terlihat sangat surut jika musim kemarau tiba. Bahkan sampai terlihat batu-batu yang ada di kedalaman Kali tersebut.
Aliran air kali Grogol tersebut, dari Ciliwung atau dari Bogor menuju Cinere dan Depok. Banyak sampah-sampah yang tergenang di kali itu. Sampah-sampah tersebut berasal dari warga sekitar itu sendiri. Baik dari warga Jalan H. Ipin itu sendiri, maupun dari warga Komplek AL. Sampah-sampah itu terlihat menumpuk di pinggiran Kali dan dekat kikisan-kikisan lumpur.
Jembatan kali tersebut pernah terendam pada Bulan Februari 2007 pada saat banjir besar dengan ketinggian 3 meter. Pada saat banjir besar tersebut, tembok pembatas Komplek AL rubuh. Baru-baru ini, banjir yang terjadi di Jalan tersebut, hari Senin, (24/11) dengan ketinggian setengah meter.
Jika sudah tiba musim hujan, warga sekitar sudah siap dan selalu waspada terhadap ancaman banjir. Banjir dapat terjadi bukan karena hujan yang sangat deras. Tetapi, hanya gerimis dengan waktu yang lama saja, banjir juga dapat terjadi di Jalan itu. Bahkan, gerimis yang hanya rintik-rintik saja tetapi terlihat deras, dapat menimbulkan banjir.
Genangan air atau banjir yang terjadi, diliputi sampah dan lumpur. Lumpur-lumpur dan sampah-sampah itu menumpuk setiap terjadi banjir. Karena sering terjadi banjir dengan kikisan lumpur dan sampah, Kali tersebut sedikit menjadi daratan.
Di samping jembatan kali tersebut, terdapat Sekolah Akademi Keperawatan yang tidak terlewatkan banjir jika musim hujan datang. Akademi Keperawatan tersebut, terdapat asrama-asrama untuk para siswa. Jika musim hujan dan banjir datang, kegiatan belajar mengajar di Akademi Keperawatan tersebut menjadi sangat terganggu. Biasanya jika terjadi banjir besar, para siswa harus diliburkan. Para siswa juga langsung dipulangkan jika hujan yang turun sangat deras. Walaupun banjir sudah sangat mengganggu kegiatan belajar mengajar mereka, siswa-siswa Sekolah Akademi Keperawatan tersebut, sudah biasa akan hal itu. Mereka selalu siap dan waspada jika sudah datang musim hujan.
Banjir yang menggenangi jalan itu, sering menimbulkan kemacetan yang cukup panjang. Jika banjir tidak begitu parah, kemacetan panjang kira-kira 100 meter dapat terjadi. Biasanya kemacetan terjadi dari Jembatan Kali tersebut sampai ke pertigaan Matrial. Banyak kendaraan yang masih melewati jalan tersebut, padahal dari Jalan H. Gandun sampai pertigaan Matrial sudah ditutup. Jika banjir parah, kemacetan yang terjadi sampai beberapa ratus meter dan jalan di daerah tersebut benar-benar ditutup oleh warga.
Biasanya, jika banjir merendami rumah warga, mereka mengungsi di rumah warga lain yang tidak terendam banjir. Salah satu warga yang rumahnya sering terendam banjir yaitu Ibu Yuli yang lahir 21 Juli 1981. “Kalau banjir tidak parah, saya tidak ngungsi. Tapi kalau banjir parah, saya ngungsi” kata Ibu Yuli 28 Tahun, salah satu warga sekitar. Warga sekitar lebih memilih untuk tetap di rumah masing-masing jika banjir tidak parah, karena hal tersebut sudah menjadi makanan sehari-hari mereka jika musim hujan. “Sehari sudah surut” kata Ibu Yuli.
Jika terjadi banjir besar dan para korban banyak yang mengungsi, biasanya dibuat posko banjir dan dapur umum mendadak untuk para pengungsi. Semua listrik dipadamkan jika banjir sedang terjadi. Pemadaman listrik tersebut bertujuan tidak ada masalah konslet dari listrik tersebut. Posko banjir dan dapur umum tersebut dibuat di jalan yang lebih tinggi dan tidak terendam banjir. Biasanya posko banjir berfungsi untuk tempat para pengungsi tidur. Dan dapur umum tersebut berfungsi sebagai tempat menerima bantuan yang datang untuk para korban banjir.
Bantuan tersebut dari RT, Polisi Pondok Labu dan Siswa-siswa Al-Izar yang sering diberikan untuk warga korban banjir. Biasanya, bantuan dari RT adalah bantuan dari para warga yang rumahnya tidak terendam banjir atau tidak menjadi korban banjir. Bantuan para warga itu, disalurkan melalui RT untuk selanjutnya diberikan kepada korban banjir. Bantuan tersebut berupa bahan pokok. Bantuan Polisi Pondok Labu berupa keamanan yang menutup jalan dan keamanan untuk kendaraan yang selalu melewati jalan tersebut. Sedangkan bantuan yang diberikan dari Sekolah Al-Izar biasanya berupa makanan seperti Roti, Indomie dan berupa barang seperti selimut. “Bantuan tersebut semua warga dapet” kata Ibu Yuli beranak satu ini.
Jika sudah musim banjir, berbagai penyakit cepat menyerang. Warga Jalan H. Ipin dapat rentan terserang penyakit jika musim banjir tiba. Apalagi, banjir yang sering terjadi di jalan tersebut bercampur dengan lumpur dan sampah-sampah. Hal itu sangat membahayakan untuk para korban banjir yang rentan akan terserang penyakit. Apalagi, banyak anak-anak kecil yang tinggal di jalan tersebut atau warga Jalan H. Ipin itu. “Tetapi belum pernah ada yang terserang penyakit parah” kata Ibu Yuli tersenyum. “Paling cuma penyakit gatel-gatel di kaki” kata Ibu Yuli lagi.
Tidak ada penanggulangan yang serius dari RT dan RW untuk penanganan banjir di daerah itu. “Tidak ditanggapi” kata Ibu Yuli. “Udah makanan sehari-hari kalo musim hujan” katanya Ibu Yuli lagi. Lagipula jika ingin memperlebar Kali itu lagi, sudah sangat sulit. Kali tersebut sudah menjadi daratan karena kikisan-kikisan lumpur. Dan seharusnya warga di Jalan H. Ipin dan sekitarnya, mulai menyadari untuk tidak membuang sampah di Kali. Karena hal itu dapat menyebabkan banjir yang akan terjadi di rumah-rumah warga itu sendiri.


Nama : Miky Anjarsari
NRP : 206.612.036
Jurnalistik

MELUAP SETIAP TAHUN

Saat musim penghujan tiba, warga Jl. Haji Ipin selalu mengalami musibah kebanjiran. Ketinggian air sungai Grogol yang meluap kepemukiman warga mencapai 3 meter setiap tahunya.

Wanita berpakaian serba hijau itu sedang berdiri di depan halaman Sekolah Keperawatan YPDR. Itu Iis, Salah satu warga Jl. Haji Ipin yang berprofesi sebagai Guru TK di Komplek Angkatan laut, Cilandak. Ketika daerahnya dilanda banjir saat musim penghujan, Iis bersama keluarganya setiap tahun ikut mengungsi ketempat yang lebih aman dari banjir tersebut. Daerah tersebut memang selalu langganan banjir setiap tahun, banjir itu di akibatkan meluapnya sungai Grogol yang melintasi Jl. Haji Ipin.
Saat hujan lebat tanggal 17 November lalu, air kali Grogol meluap ke pemukiman warga dari jam 3 sore, sampai setengah meter dan baru surut setelah jam 7 pagi. Banjir terparah pernah di alami warga setempat bulan Februari 2007, Air kali yang meluap ke pemukiman warga RT 04/RW 01 mencapai 4 meter. Rumah warga yang tepat berada di pinggir kali, hampir sepenuhnya terendam banjir pada saat itu. Tempat tinggal Iis yang berada di Gang Wibawa pun tidak luput dari banjir, ”Saya dan suami saya buru-buru ngungsi waktu itu” kata Iis. Tembok pembatas antara komplek Angkatan Laut dengan pemukiman warga pun ikut rubuh karena derasnya air luapan kali.
Kali Grogol tersebut tepat bereada di bawah dua sisi jalan yang menurun, sehingga air yang mengalir akan meluap membanjiri daerah yang lebih rendah. Ukuran kali Grogol cukup besar, lebar 5 meter dan kedalaman mencapai 3 meter. Namun karena banyaknya sampah yang menyumbat arus air dan kiriman air dari pintu air Bogor dan depok menyebabkan sering terjadi banjir di daerah itu. Tidak jarang pula terjadi banjir, padahal hujan hanya gerimis di daerah itu. Ini di sebabkan kiriman air dari pintu air Bogor dan Depok.
Sebuah Toko Bangunan dan lahan kosong yang cukup besar di jadikan posko pengungsian korban banjir oleh warga. Toko bangunan dan lahan kosong itu berada di dataran yang lebih tinggi,sebelah kanan jalan dari arah Pondok Labu. Karena tidak terkena banjir, itu sebabnya tempat itu di pakai sebagai posko pengungsian korban banjir.
AL-Izar, salah satu sekolah swasta yang selalu memberikan bantuan secara langsung kepada para korban banjir di Jl. Haji Ipin. Bantuan tersebut berupa Mie instan,selimut,pakaian dan obat-obatan. Sekolah itu berada di Jl. Pondok Labu, tidak jauh dari Tempat korban banjir. Ada pula bantuan untuk korban banjir yang tidak tepat pendistrubusiannya dan hilang begitu saja tanpa sebab. Masyarakat sekitar menghimbau, bila ada bantuan untuk korban banjir sebaiknya di berikan secara langsung kepada korban banjir, Agar bantuan tersebut dapat sampai kepada yang membutuhkan.
Banjir di daerah itu juga mengakibatkan akses Jl. Haji Ipin menjadi mati total. Kendaraan tidak bisa meleawati jalan tersebut karena banjir, ”Saya aja harus muter komplek AL dulu kalau mau berangkat kerja, abisnya ga bisa lewat sini kan” Kata wanita 26 tahun itu. Dan setelah banjir surut, warga kembali ke rumah masing-masing untuk membersikan tempat tinggal mereka dari lumpur-lumpur yang tersisa di rumah mereka.
Warga sering berupaya untuk mencegah banjir dengan membersikan kali dari sampah-sampah yang menyumbat arus air kali tersebut. Sampah sering menyangkut dan menumpuk di bawah jembatan yang berada di tengah-tengah dua sisi jalan yang menurun itu.
”Suami saya juga sering kerja bakti ko... bersih-bersihin selokan supaya air ga mampet” Kata wanita betawi itu, lalu memanggil ibunya, Maria yang sedang melayani pembeli. Iis yang sedang berdiri di samping pos keamanan sekolah keperawatan itu setia menunggu Ibunya, Maria untuk pulang bersama. Bila sepulang mengajar pukul dua siang, Iis selalu menyempatkan berkunjung ke warung Ibunya yang menjual makanan dan minuman di sekolah keperawatan itu.
Wanita berpakaian hijau itu sedang memperhatikan warung ibunya yang ramai oleh pembeli, dia tampak ceria melihatnya. Sesekali ia tertawa. Iis yang berprofesi sebagai Guru TK juga sedang menjalani masa kuliah pendidikan di UNINDRA, jurusan Bimbingan Konseling dan tinggal satu tahun lagi selesai. Bila ada kesempatan, Iis ingin mendapatkan pekerjaan baru yang lebih baik dengan status PNS sebagai pengajar. Saat ini ia statusnya masih Guru swasta di TK ANGTUA yang di kelola oleh yayasan Angkatan Laut.
Iis bekerja 6 jam dari hari senin sampai saptu, masuk jam 8 dan pulang jam 2 sore. Tidak jarang ia di antar oleh suaminya yang bekerja di MENPERA, ketempat mengajar. Pada saat banjir ia di antar oleh suaminya setiap hari ketempat kerja, Itu karena banjir yang menutup Jl. Haji Ipin dan tidak ada angkutan umum yang bisa lewat daerahnya. Sehingga Iis cukup kesulitan bila ingin berangkat ketempat ia mengajar.
Maria, Ibu Iis juga menjadi kesulitan berdagang dan tidak mendapatkan penghasilan seperti biasanya saat daerahnya di landa banjir. Ia terpaksa menutup dan membereskan barang-barang dagangannya agar tidak terendam banjir. Para siswa keperawatan tersebut juga dipulangkan kerumahya masing-masing dari asrama keperawatan karena sekolah mereka terendam banjir. ”Tapi kalau banjirnya cuma sebates betis, sekolah ga di liburin” kata maria tiba-tiba.
”Iiiiiiiiis....ayo bantuin beres-beres warung, udah sore” teriak maria memanggil anaknya. Wajahnya yang hitam dan terdapat banyak tahi lalat di pipinya, ia terlihat sangat bersemangat dan seorang pekerja keras. Maria mempunyai harapan kepada pemerintah kota untuk membantu menyelesaikan permasalahan banjir yang melanda daerahnya setiap tahunnya. Setiap musim penhujan daerah tersebut mengalami 5 kali banjir dan sangat merugikan warga sekitar kali Grogol tersebut.
Sudut langit sudah terlihat berwarna jingga, dan sekolah keperawatan itu pun sudah sepi dari siswanya. Iis dan ibunnya hampir selsesai membereskan barang-barang dagangan warung, untuk segera pulang bersama.

Penulis Eka Irawan (206.612.021)